Tag


Patogenitas

  • Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah timbullah rangsangan terhadap nesovagus sehingga jantung janin menjadi lambat. Bila kekurangan O2 ini terus berlangsung, maka nesovagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbullah kini rangsangan dari nesi simpatikus. DJJ menjadi lebih cepat akhirnya irregular dan menghilang.
  • Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin dalam hioksia :
  1. Jika DJJ normal dan ada mekonium maka janin mulai hipoksia.
  2. Jika DJJ >160X/menit dan ada mekonium maka janin sedang hipoksia.
  3. Jika DJJ <180X/menit dan ada mekonium maka janin dalam keadaan gawat.
  • Jika janin mengadakan pernafasan intrauterine dan bila kita periksa kemudian, terdaat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru. Bronknus tersumbat dan terjadi atelekrasis bila janin lahir alveoli tidak berkembang.

Diagnosis

Untuk dapat menegakkan diagnosis gawat janin dapat ditetapkan dengan melakukan pemeriksaan seerti dibawah ini:

1. In utero.

  • DJJ irregular dan frekuensinya lebih dari 160X/menit atau kurang dari 100X/menit .
  • Terdapat mekonium dalam air ketuban (letak kepala) karena terjadi rangsangan nervus x, sehingga peristaltic usus meningkat dan sfingter ani terbuka.
  • Analisis air ketuban/amnioskopi.
  • Pemeriksaan PH darah janin.

Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin. Darah ini diperiksa pH-nya adanya asidosis menyebabkan turunnya pH, apabila pH itu turun dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya.

2. Setelah bayi lahir

  • Bayi tampak pucat dan kebiru-biruan serta tidak bernafas /menetapkan nilai APGAR .
  • Kalau sudah mengalami perdarahan diotak maka ada gejala neurologik seperti kejang, mistagmus dan menangis kurang baik/tidak menangis.

Untuk download klik disini